
Dalam percaturan politik pada abad XVII ditandai oleh perebutan lingkungan pengaruh. Di lihat dari sudut pandang Surabaya memegang peranan untuk meneruskan peranan lama perdagangan Jawa sebagai perdagangan transito dari Maluku dan Malaka bersamaan dengan peranannya sebagai penghasil beras. Banten juga mempunyai peranan pentingnya dalam perdagangan ladanya, Mataram memegang kunci dalam sistem pertukarannya, dan sedangkan VOC tetap bertujuan untuk merebut monopoli dari semua perdagangan.
Perluasan
Mataram dan politiknya bertujuan untuk menaklukkan Surabaya sehingga
menguntungkan VOC, karena demikian, maka saingan mereka berkurang. Politik
Mataram terhadap Pesisir pada umumnya memang membuka kesempataan untuk VOC
dalam menjalankan peranannya diwilayah itu. ternyata Surabaya ini tidak
mendapatkan bantuan dari Johor, Banten, Banjarmasin, padahal Banten ini juga
membela Surabaya karena banten ini juga menghadapi ancaman dari Mataram.
Walaupun VOC juga dapat berfungsi BUFFER bagi Banten, tetapi rakyat Banten
memandang VOC sebagai ancaman juga, sehingga rakyat Banten tidak memungkinkan
untuk suatu pendekatan. Pada tahun1603, VOC mengangkatJan Pieterszoon Coen sebagai
kepala tata buku yang mempunyai wewenang atas kantor dagang di Banten dan
Jakarta.
Pendekatan VOC
terbukti dari sejak tahun 1610 Mataram timbul pendekatan terhadap VOC, hal ini
juga terlihat dari antara lain utusan-utusan VOC hampir setiap tahun menemui
Raja Mataram. Seperti yang ada dimana-mana, VOC hendak mendirikan Factorijsebagai
basis untuk beroperasi, yang khususnya di Jepara. Batavia, seperti pelabuhan
sejenis, membutuhkan persediaan beras. Tujuan VOC untuk memegang monopoli dalam
satu pihak dan politik ekspansi Mataram pada pihak lain, menjadikan satu faktor
yang menimbulkan pemberontakan. Sehingga pada tahun 1616 terjadi penawanan
orang VOC. Pada tanggal 18 Agustus 1618 tentara Mataram melakukan penyerbuan ke
kantor dagang VOC di Jepara. Sebelum penyerbuan ini, pimpinan dari kantor
dagang, yaitu Balthasar van Eynthoven dan Cornelis Maseuck dipanggil oleh raja
Hulubalang dan kemudian ditahan. Alasannya adalah perampokan-perampokan yang
telah dilakukan kapal-kapal Belanda terhadap jung-jung Jepara. Di samping itu
juga karena kelakuan dan tindakan Balthasar van Eynthoven yang tidak senonoh.
Kedua alasan tersebut adalah alasan yang jelas, namun alasan yang sebenarnya
adalah karena janji-janji Belanda terhadap Mataram tidak ditepati dan sudah
berlangsung empat tahun. Di pihak lain Belanda mencoba-coba untuk menuntut raja
supaya memenuhi janji-janji yang telah disampaikan oleh utusan VOC pertama van
Surck. VOC juga mencoba-coba membatalkan janji-janji yang telah diberikan van
Surck kepada Mataram. Pada tahun 1618 inilah terjadi penyerbuan loji Jepara dan
pembunuhan Kompeni. Dan dilanjutkan dari serangan balasan oleh VOC yang pada
tahun 1618 sampai dengan 1619. Dan dari semuanya terjadilah konflik terus
menerus karena insiden-insiden sampai tahun 1628.
1.2 PERLAWANAN PERTAMA
Permusuhan antara Mataram dengan
VOC mulai pecah pada tanggal 18 Agustus 1618, yang pada tahun itu Jepara
diserbu oleh Mataram. Permusuhan yang terjadi ini disebabkan oleh
sikap pimpinan kantor jepara yang sangat tidak senonoh, dan peristiwa ini
menimbulkan permusuhan antara VOC dan Mataram. Permusuhan ini berlangsung
sampai tahun 1628, yaitu tahun ofensif Mataram terhadap Batavia. Pada
tahun 1619, kompeni menggepurkan Jepara dan menimbulkan kerugian yang besar
terhadap Mataram. Untuk membalas semua tentang kerugian Mataram ini, maka
Mataram menyerang Batavia.
Pada
tanggal 22 Agustus 1628 peperangan antara VOC pecah. Pada tahun1628, pasukan
Mataram menyerang ke Batavia dari arah laut, dan sudah disiapkan suatu angkatan
laut ke Batavia. Angkatan pertama dipimpin oleh T. Baureksa dan yang kedua
dipimpin oleh T Sura-Agul-Agul dibantu oleh T. Mandurareja dan T. Upasanta.
Dalam
serangan pertama, walaupun mereka kelelahan akibat perjalanan jauh, dan
persediaan bahan makanan mereka menipis tetapi pasukan berhasil masuk ke pasar
dan benteng, tetapi sebelum mencapai kastel mereka terpukul mundur. Sewaktu
pasukan Baureksa muncul, bagian selatan dan bagian barat kota telah dikosongkan
dan dibumihanguskan. Dengan cara itulah barisan Mataram dengan mudah dapat
dipukul mundur. Barisan mulai maju kembali, pada tanggal 10 September telah
brposisi sepenembak dari kota, dan bertahan di belakang barikade. Dan pada
tanggal 12 September berhasil membuat pasukan mataram kembali mundur. Kemudian
benteng Holandia diserang, akan tetapi kompeni bertahan, bahkan dengan melakukan
balasannya, dilakukan meminta bantuan warga kota, yaitu bantuan cina dan
Mardijkers, Kondisi pasukan Mataram yang kelelahan dan terserang penyakit
memaksa pasukan Mataram mengundurkan diri sehingga perlawanan rakyat Mataram
saat itu mengalami kegagalan, berakhir pula. Dan barisan mataram
mundur kembali dengan meninggalkan dua sampai tiga ratus orang yang gugur.
Dalam pertempuran terakhir ini Baureksa gugur dan armada-armada yang
terdiri atas perahu-perahu sebagian besar dapat dimusnahkan.
Angkatan
kedua pasukan Mataram merubah taktik, taktik yang diubahnya tersebut sama
dengan taktik yang di lakukan terhadap Surabaya, yang dapat mengalahkan
Surabaya, yaitu dengan cara membendung sungai. Dan hal itu dilakukannya lagi
terhadap Belanda, memang pada saat itu Belanda kekurangan air akibat yang
dilakukan oleh pasukan Mataram,dan bahkan Koloni pada saat itu banyak terserang
wabah penyakit seperti Malaria dan kolera yang sangat membahayakan jiwa
manusia. Tetapi, ternyata taktik tersebut tidak berhasil dan mengalami
kegagalan untuk mengalahkan kekuatan Belanda di Batavia, karena kelaparan,
penderiataan dan yang lainnya. Dan pada tanggal 27 November malam
dilakukan serangaan terhadap Hollandia, Suatu usaha untuk menyerbu benteng
Hollandia gagal dan oleh sebab itu sebagai hukuman terhadap gagalnya usaha
menundukkan musuh, Mandurareja dan Upasanta, bersama-sama dengan anak-buahnya
dibunuh dengan ditusuk dengan keris atau tombak. Dengan kegagalan Mataram
menduduki Batavia pada akhir tahun 1628, maka penyerbuan Mataram yang pertama
pun tetapi juga gagal. Setelah itu dua hari kemudian barisan Mataram dimulai
mengundurkan diri.
Pada
tahun 1629 kembali Mataram menyerang Batavia, dan dipusatkan pada soal
logistik, seperti pasukan Mataram mendirikan gudang-gudang perbekalan beras di
sepanjang jalan perjalanan, antara lain di Tegal dan di Cerebon. Tetapi upaya
mataram itu mengalami kegagalan. Karena kepintaran VOC mereka dapat mengetahui
hal itu, dan pada tanggal 4 Juni VOC menghancurkan 200 kapal, 400 rumah dan
tumpukan Padi di Tegal.
1.3 PERLAWANAN KEDUA
Utusan warga
Mataram , menawarkan perdamaian terhadap VOC, tetapi utusan tersebut di hukum
mati karena telah mengetahui maksud dari Mataram yang sebenarnya. Angkatan
perang mataram berangkat dIdalam dua gelombang, gelombang yang pertama itu
adalah terdiri atas artileri dan amunisi pada pertengahan Mei 1629, dan pada
gelombang kedua ialah pasukan infanteri yang pada tanggal 20 Juni 1629. Dan
pasukan itu dipimpin oleh Kyai Adipati Juminah, K.A. Purbaya, dan K.A. Puger.
Dan mereka juga dibantu oleh T. Singaranu, Raden Aria Wiranatapada, T. Madiun
dan K.A. Sumedep. Dan pada tanggal 21 Agustus tibalah disekitar Batavia. Kota
taersebut dikepung mulai dari sebelah timur, Selatan, dan barat. Dan
berturut-turut mereka menyerang ke benteng Hollandia, Bommel, dan Weesp. Tetapi
usaha itu tidak berhasil. Setelah itu mulai tanggal 14 September barisan
Mataram memakai Baterai dan tanggal 21 September Mataram mengadakan penembakan.
Dan semenjak pada tangggal 27 September tidak ada serangan umum lagi karena
keadaan semakin parah dengan timbulnya kelaparan dan terpaksa serangan kedua
ini mengalami kegagalan seperti yang terjadi pada saat perlawanan pertama.
Karena pasukan Mataram sudah merasa kelelahan akibat menempuh perjalanan yang
sangat jauh dan persediaan bahan makanan semakin menipis, persediaan senjata
pun sudah mulai sedikit, bahkan banyak pasukan-pasukan Mataram yang terserang
wabah penyakit, dan akhirnya barisan Mataram di tarik mundur.
No comments:
Post a Comment